Sekjen Diktisaintek Menyapa Najwa: Cerita Perjuangan Mahasiswa Polmed dari Keluarga Tidak Mampu

Di tengah riuhnya persaingan masuk perguruan tinggi dan perjuangan memperebutkan kursi beasiswa, kisah Najwa Fatiha Chairani mencuat sebagai potret nyata harapan dan keteguhan hati.

Gadis kelahiran 2007 ini adalah sulung dari dua bersaudara yang tinggal bersama Ibunya di sebuah rumah menumpang di kota Medan. Ayahnya telah lama berpisah dengan Ibu. Sejak itu, Ibunya menjadi tulang punggung keluarga dengan berjualan gorengan setiap hari demi mencukupi kebutuhan hidup mereka.

Namun keterbatasan tak membuat Najwa menyerah. Ia justru menjadikannya bahan bakar untuk bermimpi lebih tinggi. Tekad itu akhirnya membawanya lolos sebagai mahasiswa baru di Program Studi Teknologi Rekayasa Instalasi Listrik Politeknik Negeri Medan (Polmed) melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2025. Lebih dari itu, Najwa juga berhasil meraih beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K), bantuan pendidikan yang telah lama ia dambakan.

“Saya tahu tentang KIP-K sejak SMA, dari guru saya. Saya langsung bertekad harus dapat beasiswa itu. Karena saya tahu, kami tidak akan sanggup bayar kuliah tanpa bantuan,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

Keberanian dan semangat Najwa tidak hanya menarik perhatian orang-orang di sekitarnya, tapi juga pejabat tinggi dari kementerian. Pada Rabu, 16 Juli 2025, Najwa menjadi salah satu mahasiswa yang dikunjungi langsung oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Diktisaintek), Prof. Ir. Togar Mangihut Simatupang, M. Tech, Ph.D, IPU, dalam rangka kegiatan “Diktisaintek Menyapa Mahasiswa Penerima KIP Kuliah Tahun 2025”.

Kunjungan tersebut tidak hanya dihadiri oleh Sekjen, tetapi juga melibatkan jajaran Pusat Penguatan Afirmasi Pendidikan Tinggi (PPAPT)tim Kementerian Diktisaintek, serta Direktur dan para Wakil Direktur Politeknik Negeri Medan.

Najwa menyambut rombongan bersama sang ibu di rumah sederhananya. Peluk haru dan air mata menjadi saksi bahwa perjuangan mereka diakui, bahwa harapan itu tidak pernah sia-sia.

“Terima kasih saya ucapkan kepada seluruh jajaran pemerintah, terutama tim KIP-K. Program ini sangat berarti bagi saya dan keluarga. Ini adalah jalan keluar kami untuk memperbaiki ekonomi keluarga”, ucap Najwa penuh syukur.

Prof. Togar dalam kunjungannya menyampaikan bahwa Diktisaintek hadir untuk mendengarkan langsung suara para mahasiswa dan memberikan dorongan moral agar mereka tidak merasa sendiri dalam perjuangan. “Kami percaya, dari rumah sederhana seperti inilah, lahir anak-anak hebat yang akan mengubah Indonesia,” ucapnya.

Kepala PPAPT, Dr. Henri Togar Hasiholan Tambunan, S.E, M.A, pun turut memberikan pesan penting kepada Najwa dan mahasiswa penerima beasiswa lainnya. Ia menegaskan bahwa tanggung jawab tidak berhenti di penerimaan, tetapi justru dimulai dari sana. “Ini adalah kesempatan emas melalui program KIP Kuliah. Maka pastikan kuliahnya selesai. Sayang sekali kalau sudah sejauh ini, tapi tidak tuntas. Akan rugi semuanya diri sendiri, keluarga, dan bangsa ini yang sudah memberi dukungan,” ungkapnya.

Direktur Politeknik Negeri Medan, Dr. Ir. Idham Kamil, ST., M.T., yang turut mendampingi kunjungan ini pun tak kuasa menyembunyikan rasa harunya. Dalam keterangannya, ia menyampaikan bahwa kisah Najwa menjadi pengingat bagi semua bahwa pendidikan bukan sekadar angka dan gelar, tapi tentang harapan dan masa depan yang layak bagi setiap anak bangsa.

“Ketika kami sampai dan melihat langsung kondisi rumah Najwa, saya pribadi merasa sangat tersentuh. Di tengah keterbatasan yang luar biasa, semangat Najwa dan ibunya begitu kuat. Inilah esensi dari pendidikan vokasi—membuka jalan bagi mereka yang punya tekad. Kami Politeknik Negeri Medan, berkomitmen untuk terus mendampingi perjalanan Najwa dan mahasiswa lainnya berhasil menyelesaikan studi dan sukses di masa depan,” ujar Direktur.

Kisah Najwa adalah gambaran dari ribuan, bahkan jutaan anak muda Indonesia yang menjadikan pendidikan sebagai satu-satunya jalan untuk keluar dari belenggu keterbatasan. Ia adalah bukti bahwa mimpi itu tidak mengenal batas ekonomi.

Dan hari itu, di sebuah rumah kecil di sudut Medan, Najwa membuktikan bahwa ketekunan dan harapan mampu mengetuk pintu perubahan. Pendidikan adalah cahaya di ujung lorong sempit dan Najwa, dengan segala keterbatasannya, sedang berlari menuju cahaya itu.

 

 

Cart

No products in the cart.

X